Inovasi Wirausaha Aloe Vera Mengantarkan Alan Efendhi Meraih SATU Indonesia Awards 2023 – Halo Pembaca! Kali ini Tuxlin Blog membahas kisah inspiratif Alan Efendhi, seorang pengusaha muda yang penuh inovasi dan meraih SATU Indonesia Awards 2023. Penghargaan bergengsi ini dapat diraih Alan melalui jalan terjal yang tak mudah dilalui. Berkat kerja kerasnya, Alan sukses menggerakkan ekonomi dan memberdayakan petani di desanya melalui aloe vera.
Kebetulan Tuxlin Blog berkesempatan untuk bertemu langsung dengan sosok Alan Efendhi di acara Roadshow Lomba Foto dan Anugerah Pewarta Astra 2024 di Solo yang digelar PT Astra International Tbk bersama Solopos Media Group yang turut mengundang penulis senior Windy Ariestanty dan fotografer Boy T Harjanto. Acara ini juga dihadiri berbagai komunitas seperti Komunitas Digital Content Creators (DCC) Indonesia dan wartawan.
Alan Efendhi adalah pria berusia 35 tahun yang memulai usaha budidaya aloe vera sejak 2014 silam. Aloe vera atau yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan lidah buaya memang merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat. Ini menjadi salah satu tanaman paling laris di dunia. Di tangan Alan Efendhi, aloe vera berubah menjadi produk makanan sehat dan bernilai ekonomi.
Table of Contents
Keputusan yang Berat
Wirausaha aloe vera yang dijalani Alan Efendhi ini berawal dari sebuah keputusan yang berat. Pria kelahiran Gunung Kidul ini awalnya merantau ke ibu kota dan memiliki pekerjaan mapan dengan penghasilan yang layak.
Melihat kedua orang tuanya yang semakin tua saat pulang kampung tampaknya mengusik ketenangan Alan. Sebagai seorang anak laki-laki yang ingin berbakti, beliau ingin membersamai orang tua di senjanya. Ini menjadi dorongan kuat bagi Alan Efendhi untuk meninggalkan pekerjaan mapan di ibu kota dan memutuskan pulang kampung untuk wirausaha.
“Saya melihat kedua orang tua semakin tua dan posisi saja jauh karena merantau di ibu kota. Saya ingin membersamai mereka,” kata Alan Efendhi saat Roadshow Lomba Foto dan Anugerah Pewarta Astra 2024 di Solo.
Bermodalkan keyakinan kuat dan modal terbatas, Alan Efendhi memutuskan untuk resign dari pekerjaannya di ibu kota dan pulang kampung ke Gunung Kidul. Pria lulusan STM ini mengaku saat itu sama sekali tidak memiliki bekal ilmu wirausaha yang memadai.
Merintis Usaha Aloe Vera
Sampai di Gunung Kidul, Alan harus berpikir keras mencari pekuang yang dapat ia kerjakan di tanah kelahirannya. Ia dihadapkan dengan kondisi alam yang kering dan tanah yang tandus. Ketersediaan air adalah kendala utama masyarakat Gunung Kidul, terutama saat musim kemarau datang.
Alan mencari informasi dari buku dan internet untuk bisnis yang cocok dengan kondisi alam Gunung Kidul yang gersang. Ada empat pilihan komoditas pertanian yang menurut Alan dapat dipertimbangkan sebagai peluang usaha di tempat kelahirannya.
“Saat itu saya memutuskan untuk bertani. Ada empat komoditas yang cocok dengan kondisi alam Gunung Kidul dari informasi yang saya dapatkan, yakni anggur, buah naga, pepaya california, dan aloe vera. Akhirnya saya memilih aloe vera karena prospeknya lebih bagus dan cocok dengan kondisi alam di Gunung Kidul,” kata Alan.
Aloe vera dipilih karena cocok dengan kondisi alam yang gersang dan labih tahan terhadap hama. Selain itu, aloe vera juga diyakini memiliki banyak manfaat kesehatan untuk kulit, meredakan GERD, sembelit, dan masalah kesehatan lainnya. Tanaman lidah buaya ini juga dipercaya memiliki manfaat di bidang lain seperti kecantikan.
Jalan Terjal yang Harus Dilalui
Perjalanan Alan bertani aloe vera dimulai 2014. Bibitnya ia datangkan dari Pontianak. Kota yang terletak di Kalimantan Barat ini memiliki karakteristik tanah yang mirip dengan Gunung Kidul, yakni tandus.
“Aloe vera ini karakteristiknya mirip kaktus. Ia dapat hidup dengan kondisi tanah yang kering dan tidak mati meski tidak mendapat air berbulan-bulan,” tambah Alan.
Alan mulai bertani aloe vera sekaligus sambil mempelajari karakteristik tanaman yang memiliki banyak manfaat ini. Butuh waktu paling tidak satu tahun hingga aloe vera ini dapat dipanen.
Tak ada yang mudah saat memulai hal yang baru, begitu juga dengan wirausaha. Banyak kendala dan rintangan yang dihadapi Alan saat memulai usahanya. Modal yang terbatas membuatnya kesulitan saat memulai bisnisnya. Pria ini harus memutar otak untuk bisa balik modal dan membeli alat-alat yang diperlukan untuk mengembangkan bisnisnya.
Pukulan dalam wirausaha dapat dirasakan Alan ketika mendapati puluhan produk olahan aloe vera berupa Nata de Aloe Vera diretur oleh reseller. Produk olahan tersebut tidak tahan lama dan berubah warna atau rasa dalam waktu tiga hari saja.
“Ini pukulan berat bagi saya yang masih merintis usaha dengan modal terbatas. Kendalanya ada pada pengolahan dan pengemasan yang sederhana, cuma plastik dililit karet seperti es mambo. Ini membuat produk olahan aloe vera tidak tahan lama dan berakhir retur,” ungkap Alan.
Tak patah arang, Alan mencari solusi dari kendala yang dihadapinya dan terus belajar. Setelah upgrade ilmu pengolahan, higienitas, dan pengemasan, Alan berhasil membuat daya tahan produk olahan aloe vera lebih panjang dan retur tidak terjadi.
Semakin tinggi pohon, semakin keras angin mengguncangnya. Begitu juga dengan usaha aloe vera milik Alan yang terus berkembang dan harus menghadapi masalah yang lebih berat. Permintaan yang terus meningkat membuat Alan kehabisan bahan baku dan saat itu hasil panen tak lagi mencukupi.
Mengatasi masalah pasokan bahan baku, Alan mencoba menawarkan bertani aloe vera pada tetangga dan warga sekitar. Namun, ini bukan hal yang mudah dan malah diremehkan. Warga sekitar kurang tertarik karena keterbatasan wawasan mengenai prospek aloe vera atau lidah buaya dibandingkan dengan komoditas yang lebih umum seperti jagung atau singkong.
Alan tak henti-hentinya memberikan edukasi mengenai manfaat dan prospek aloe vera pada masyarakat sekitar agar mau menanamnya. Setelah memutar otak, Alan akhirnya memutuskan menggandeng keluarga terdekat terebih dahulu untuk menanam aloe vera. Selain itu, ia juga membagikan bibit aloe vera pada masyarakat sekitar yang tertarik menanam tanaman ini.
Usaha keras memang tak mengkhianati hasil. Aloe vera yang awalnya dipandang sebelah mata, kini menjadi primadona masyarakat Gunung Kidul. Awalnya hanya keluarga dekat, kini tak kurang dari 125 mitra petani yang telah bekerja sama dengan Alan dan berkontribusi menggerakkan ekonomi masyarakat.
“Saya ingin aloe vera menjadi ikon Gunung Kidul,” tambah Alan.
Aneka Produk Olahan Aloe Vera
Alan telah berhasil mengembangkan aneka produk olahan dengan bahan baku aloe vera. Guna meningkatkan daya saing, Alan membangun Rasane Vera di bawah naungan Mount Vera Sejati pada tahun 2018.
Beberapa produk unggulan Rasane Vera antara lain adalah Aloe Vera Chips, Nata de Aloe Vera, Aloe Vera Cube Drink, dan Aloe Liquid. Aloe Vera Chips adalah keripik yang terbuat dari bahan lidah buaya. Sedangkan Aloe Vera Cube Drink adalah minuman sehat dengan nata de aloe vera di dalamnya.
Bisnis akan mati tanpa inovasi. Berkembangnya bisnis Radane Vera tidak membuat Alan berhenti belajar dan menciptakan inovasi. Aloe Liquid adalah inovasi terbaru Rasane Vera yang berupa minuman sari lidah buaya yang penuh manfaat dipadukan pemanis daun stevia yang 0 kalori. Ini menyesuaikan tren masyarakat yang mulai mengurangi konsumsi gula harian dan memilih minuman less sugar.
Tak hanya berinovasi dengan rangkaian produk berkualitas dengan nilai ekonomi tinggi, Alan juga terus meningkatkan mutu produknya. Pria ini juga memenuhi berbagai aturan bisnis, seperti mengurus hal-hal berkaitan dengan legalitas seperti IUMK, NIB, PIRT, dan tentu saja sertifikasi halal.
Tak hanya memberdayakan masyarakat sekitar dan menggerakkan ekonomi Gunung Kidul, Alan juga mengambil peran untuk berkontribusi lebih besar dengan mendirikan AloeLand yang berlokasi sama dengan markas Rasane Vera, yakni di Katongan, Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul. AloeLand ini menjadi wadah edukasi bagi masyarakat umum yang ingin belajar mengembangkan produk berbasis aloe vera.
Menyabet Penghargaan SATU Indonesia Awards 2023
Alan Efendhi dengan usaha aloe vera-nya berhasil menyabet penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2023 di bidang Kewirausahaan. Ini menjadi prestasi tersendiri sekaligus pembuktian bahwa kerja kerasnya menghasilkan buah manis kesuksesan.
“Tahun 2021 saya mendaftarkan SATU Indonesia Awards, tapi tidak lolos. Tahun 2022 sebenarnya ingin mendaftar lagi, tapi tidak pede. Pada 2023, saya memperbaiki narasi dan mencoba submit ke SATU Indonesia Awards dan akhirnya lolos,” kata Alan.
Saat Roadshow Lomba Foto dan Anugerah Pewarta Astra 2024 di Solo, Alan mengungkapkan perjalanannya membangun bisnis dan perjalanan meraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2023.
Sebelum acara tersebut ditutup, Alan berpesan agar generasi muda tak perlu ragu jika ingin menjalani peluang wirausaha. Selain kerja keras, kemauan belajar dan meningkatkan skill adalah modal utama memulai usaha. Selain itu, relasi yang luas dan circle yang tepat dapat menjadi sebuah support system yang bisa diandalkan.