Halo pembaca!!! Sudah 2 bulan saya gak posting di blog ini karena akhir-akhir ini sibuk mengais rezeki (halah! :p). Pada posting kali ini saya mencoba berbagi pengalaman mengupgrade komputer yang cukup tua J, komputernya siapa? Komputernya cewek ane gan :p. Komputer tua ini memiliki spek yang lumayan di zaman nya, berikut speknya
Prosesor Intel Pentium D 805 2,66Ghz
Memory 1GB DDR PC3200
Motherboard dengan chipset Intel 865G
VGA Intel Extreme Graphics 2 (Onboard)
Hardisk Maxtor 80GB SATA I
Hardisk WDC Green 500GB SATA II
DVD Combo drive
Extreme PSU 500W
Suka Duka
Komputer dengan spek diatas memang masih mencukupi untuk keperluan komputasi standard saat ini, namun seiring berjalanya waktu, berkurang juga umur komponen yang dipakai :D. Problem pertama adalah ketika PSU standard bawaan casing tewas, langsung saja dibelikan PSU merk Extreme 500W, walo merk ini gak termasuk bagus, namun lumayan murah meriah dan awet hingga sekarang. Tak lama, hardisk maxtor 80GB hampir penuh, karena HDD penuh, maka performa PC pun menurun. Saat pameran komputer tiba, saat yang tepat untuk menambah HDD, akhirnya WDC Green 500GB berhasil dibawa pulang. Btw, bagaimana performa PC diatas? Seperti yang saya katakan di awal paragraf, performanya standar. OS yang pernah terinstall adalah Windows XP, PCLinuxOS 2009 dan Windows 7 Ultimate. Windows XP berjalan tanpa masalah, PCLOS 2009 berjalan baik dengan compiz fusion nya sedangkan windows 7 berjalan baik tanpa efek aero, maklum VGA onboard nya terhitung purba. PC diatas memiliki suhu kerja dan konsumsi listrik yang cukup tinggi, saat idle saja 50-53C karena prosesor yang digunakan Pentium D 805 (Smithfield) yang cukup terkenal panas dan boros di zamannya dengan performa yang lumayan.
Upgrade Atau Ganti Baru?
Pada suatu hari, PC tua ini mulai menunjukan gejala ‘ingin pensiun’ denga tanda-tanda sering restart sendiri dan tiba-tiba tidak bisa boot. PC tersebut dibawa ke tukang servis dan hasilnya? Motherboard nya rusak… Sesuai dugaan saya . Ada dua pilihan, ganti motherboard+RAM (karena mobo LGA775 dengan dukungan DDR1 sangat jarang, adanya dengan dukungan memory DDR2) atau ganti platform ke AMD. Mengapa beralih ke merk sebelah? Karena bujetnya terbatas! Tak bisa dipungkiri, bahwa dikelas low end, AMD masih memimpin price/performance. Pacar saya, sang pemilik PC pun memilih opsi ke 2, ganti platform ke AMD! Dengan bujet 1,3 juta untuk Procie, mobo dan memory, kami meluncur ke Solo untuk berburu hardware. Dengan bujet terbatas, kami mendapatkan :
Prosesor AMD Athlon II X2 245 seharga 500ribu
Motherboard Biostar A780L3G (AMD760G+SB710) seharga 500ribu
1 keping Memory Team Elite 2GB DDR3 1333 seharga 235ribu
Total pengeluaran 1,235juta, sisa 65ribu, lumayan :D. Sesampainya di rumah pacar saya, langsung saja saya rakit bersama periferal lama yang bisa dipakai (casing, PSU, optical drive dan 2 HDD). Perakitan selesai, langsung dilanjutkan dengan setting bios dan ritual instalasi OS sejuta umat, windows.
Promosi Terselubung?
Sedikit diluar topik, beberapa pembaca blog ini pernah berkomentar bahwa saya terlalu condong terhadap merk AMD, bahkan ada yang bilang bahwa saya adalah salesnya AMD, hahahahahahaha… Jujur saja, saya memang AMDers sejati , namun saya berusaha obyektif dalam menuliskan artikel yang berbau hardware. Pada artikel kali ini, sebenarnya saya pun punya spek Intel sebagai pembanding di harga sama, speknya :
Prosesor Intel Pentium DualCore E5700 seharga 560ribu
Jetway G41 D3 (Chipset Intel G41, Soket LGA775) seharga 430ribu
Memory Team Elite 2GB DDR3 1333 seharga 235ribu
Total spek diatas seharga 1,225ribu, lebih murah dari spek AMD. Mungkin kemampuan komputasi E5700 setara atau sedikit lebih cepat dibanding Athlon II X2 245, namun graphic onboard GMA4500HD bawaan G41 tidak sepowerful AMD Radeon HD3000 yang terdapat di chipset AMD760G. Dari sisi upgradeability, AMD jelas unggul, karena soket AM3 yang dipakai spek diatas masih dipakai hingga sekarang dan prosesor yang mendukung soket tersebut masih banyak tersedia dipasaran, dari kelas dualcore hingga hexa-core thuban, sedangkan LGA775 sudah hampir berakhir, prosesor yang menggunakan soket tersebut pun mulai jarang dipasaran (core2 duo, core2 quad). Platform intel telah beralih ke soket LGA 1366 dan 1156, kemudian disusul soket 1155 untuk Intel Sandy Bridge dan masih ada soket 2011 yang kelak menggantikan soket 1366 di kelas atas, LGA775? Bukan pilihan yang tepat menurut saya. AMD pun sebenarnya juga mo ganti soket :D, paling tidak awal tahun depan udah muncul tuh, namun setidaknya prosesor dengan soket AM3 masih sangat banyak saat ini, karena saat ini, prosesor dengan soket AM3 masih menjadi senjata utama AMD. Overclockability? Saya kira Athlon II X2 (Regor) dengan Pentium Dualcore E5xxx memiliki potensi overclock yang setara. Kesimpulanya, untuk kelas mainstrea-low, AMD masih menjadi pilihan, namun untuk kelas high-enthusiast, Intel dengan Sandy Bridgenya masih belum terkalahkan oleh prosesor AMD manapun, mungkin baru bisa diimbangi oleh AMD Bulldozer, who knows…
Nasib APES
Back to topic, paragraf diatas sekaligus jawaban bagi yang mengira saya sales AMD, padahal saya ini seorang pengangguran lho, bukan sales :p wkwkwkwkwkwk… PC tua telah diupgrade menjadi sebuah PC modern kelas low end dengan performa sangat bagus untuk komputasi kelas menengah, lalu APESnya dimana? Apesnya, motherboard yang saya beli sepertinya gak beres, setiap komputer PC dimatikan dan diputuskan dari aliran listrik, setting bios pun kembali ke awal (reset) seperti motherboard yang telah usang baterai CMOS nya. Tindakan pertama saya adala mengganti baterai CMOS dengan yang baru, hasilnya? Sama saja, sepertinya harus RMA nih :D.
Hidup AMD! 😀
Saya dulu waktu masih pake notebook biasa, sempat terpikir pake yang AMD ketimbang intel. 🙂
@Asop
saya sih dari sejak pertama pake komputer pake AMD,wkwkwkwk untuk kelas menengah kebawah, AMD masih jawara price/performance 🙂
bisa dak AMD brazos dganti pake phenom gan…?
@ade
gak bisa, udah beda soket n asitektur tuh 🙂
Biostar …..? kompi gw juga pake biostar G41-M7 awal nya jengkel juga juga sih setting waktu & bios kembali ke awal, tapi aneh nya setelah kurang lebih 5 kali ( setiap hidupin kompi ) setting tgl & bios, skrg kompi gw dah normal
Kasus bios reset terus saya pernah alami, meskipun sudah di ganti batere cmos baru. Caranya sbb: (1) cek batere dengan di jilat, karena lidah kita sangat sensitive, arus listrik sangat kecil pun terasa di lidah. Praktis, ga usah cari2 pinjaman multitester ke tetangga. (2) amplas lidah dudukan batere bios. Kadang kelihatannya bagus & bersih, ternyata ga nyambung. (3) cek jumper. Pernah kasus bios reset terus ternyata karena kurang jumper 1 biji (mobo ecs).
@okepram
nice share masbro, saya malah gak tau kalo bisa pake lidah.. kalo jumper reset bios/cmos di moboq (biostar) cuma ada 1 aja 😀
Ane mau tanya gan komputer gue pentium D sama dengan yang diatas gua mau menguprade komputer gua ke Core i3 kira kira berapa harganya gan
@Dani
kalo upgrade cuma proc+mobo+Ram, total di kisaran 2,5 jutaan masbro 🙂
Hahaa.. Sama, aku juga AMDers gan..
Sejak laptop C2D ilang jadi males punya intel.. hihii
Subjektif sih.. Tapi emang gak salah kuq pilih AMD.. 😀
hihihi penggemar AMD juga ya 😀